Rabu, 01 Januari 2014

Catatan Awal Tahun

"Gentlemen will walk but never run"


Momen libur panjang menjadi ruang bagiku untuk kembali menata kembali serpihan mimpi-mimpi si Itsnani kecil yang selama ini terlupakan. Namun kepingan ini masih aku jaga dengan baik di dalam peti relung hati yang terkunci rapat. Aku akan terus mencoba untuk menjaganya walau memang sangat sulit meraihnya.


Sumber: Dokumen Pribadi

Diskusi panjang mengenai masa depan dan 'hidup mapan' adalah forum yang tidak akan pernah berhenti mengalir di saat pertemuan dengan keluarga besarku. Karir yang menjanjikan, pekerjaan tetap, mendapatkan istri solehah, anak yang lucu-lucu, dipuji, dipuja dan rumah yang nyaman adalah dambaan setiap orang. Tidak sedikit para kaum pria berusaha keras untuk mencapai target tersebut dengan cara apapun. Ada dari mereka yang merantau hingga seberang pulau, membuka usaha, dan lain sebagainya. Namun tidak sedikit pula mereka yang menghalalkan segala cara dengan menginjak, menusuk dari belakang, hingga menikung kawannya, sahabatnya, hingga keluarganya.

Semua demi urusan yang aku sebut dengan urusan perut, dan urusan di 'bawah perut'. Urusan perut itu adalah segala urusan yang berkaitan dengan apa saja yang akhirnya akan bermuara pada kenyang. Kenyang itu juga dapat dimaknai sangat luas muali dari memanjakan diri dengan makanan dengan harga selangit dengan cara mengumpulkan pundi-pundi uang sebanyak-banyaknya. Setelah mereka puas dengan itu, lalu giliran urusan di 'bawah perut' yang sering buat manusia kelimpungan dan galau tiada henti. Kebutuhan biologis dalam hal ini adalah kebutuhan yang tidak dapat dipungkiri. Ketiadaan pasangan atau yang sering disebut jomblo menjadi status yang sangat mengerikan. Hingga pertanyaan yang terus menghantui seorang 'Sarjana' adalah "kapan kawin?" Hingga orang terjerembab pada kehampaan hati dan kesendirian semu hingga lari di ruang-ruang kosong untuk melampiaskan hasrat-hasrat tersebut denngan caranya sendiri.

Sekiranya aku hanya ingin mengingatkan apa perbedaan antara manusia dan hewan. Manusia adalah mahluk cerdas atau dikenal dengan "Homo Sapiens". Dengan volume otak terbesar di muka bumi ini manusia telah mengubah wajah dunia dalam waktu tidak lebih dari 100 tahun. Dalam agama yang aku peluk Allah menyatakan bahwa manusia adalah seorang "khalifah" atau pemimpin. Manusia adalah mahkluk yang memiliki hak prerogatif untuk menentukan langkahnya kemana ia akan melangkah. Setidaknya berbeda dengan hewan dengan orientasi hidup mereka yang diperuntukan untuk berkembang biak oleh karena itu mereka membutuhkan makanan dan perkawinan untuk merealisasikannya. Manusia dianugrahi naluri sekaigus akal dalam menjalani kehidupannya. Sehingga kita punya hal yang disebut dengan moral dan nilai-nilai kehidupan sehingga manusia memiliki kemampuan dalam menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Pantaslah jika semua kita-kitab suci di muka bumi ini mengingatkan jika dunia ini akan hancur tergantung dari bobrok moral manusia di muka bumi dan alam semesta ini.

Sumber: Kompasiana.com

Tidak dapat dipungkiri dunia ini kini hanyalah sebatas kumpulan angka-angka. Kesuksesan suatu negara kini hanya dinilai dari berapa nilai produksi dan konsumsi. Jika kau tidak miliki uang maka manusia kini hampir tidak dapat bertahan hidup. Kini angka itu juga menggurita ikut memisahkan dengan mengadapan jenjang antara si kaya dan si miskin. Nyaris tidak ada cara untuk keduanya kini bersatu dalam satu meja makan. Bisa dibilang masyarakat kini tidak lebih dari seklompok binatang cerdas dengan keahlian membela diri dengan uang uang hidup meraja di sebuah planet yang disebut dengan Bumi. Tidak terasan kita sudah digiring ke arah masa dimana manusia sudah kehilangan hati nuraninya sebagai "mahkluk yang bijaksana".

Kini manusia bisa dengan sangat mudahnya mengambil hak orang lain. Kini manusia sudah tidak merasa bersalah melalukan kesombongan atas nama agama demi tahta. Kini manusia sudah dapat tidur dengan nyenyak di tengah kepungan si miskin yang meronta di malam hari karena sudah tidak ada sisa makanan yang bisa dia makan. Dengan tangan dan otaknya kini manusia merubah wajah dunia sesuai dengan keubutuhan manusia semata tidak untuk makhluk yang lainnya. Kini manusia lebih bangga membangun gedung pencakar langit dari pada menanm sejuta pohon untuk rumah si kancil dan si harimau. Kini manusia sangat senang memperkosa bumi untuk dimbil plasma nutfah-nya demi kamaslahatan manusia semata.

Aku hanya ingin mengajak semua untuk berkaca pada diri kita saat ini. Apakah kita rela membiarkan semua ini terjadi? Apa kita masih  tega melangkah di dunia ini hanya karena uang, uang, dan uang? Apa kita masih juga sampai hati mengukur derajat seseorang dari seberapa tebal dompet mereka?

Kadang kita hanya membaca dan mendengarkan apa ingin kita dengar dan baca, bukan apa yang seharusnya kita dengar dan baca. Kadang kita diam padahal kita tahu ada pelanggaran asas kemanusian di sekiling kita. Kadang kita berkoar-koar untuk melakukan perubahan padahal kita juga masih belum lulus untuk memperbaiki moral diri sendiri. Sudah saatnya kita menghargai suara hati nurani kita. Menghargai Kemanusiaan itu sendiri dan mencoba untuk hidup lebih harmonis berdampingan dengan sesama manusia atau dengan makhluk lain yang hidup di muka bumi ini.

Selamat Tahun Baru 2014!

Banyumanik, Semarang,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar