Kamis, 02 Januari 2014

Sepenggal Cerita di Benua Biru (Part I)

"2013 Europe Trip: 3 Month in 3 Country (Switzerland, Germany, & Belgium) " 


Tanggal 19 Juli tahun lalu menjadi tanggal keramat bagiku. Mimpi untuk menjelajah Benua biru sedikt tersingkap. Pada tanggal tersebut saya didaulat untuk mewakili organisasiku IIWC Indonesia dalam program pertukaran utara selatan (North South Incoming Program) dari SCI International. Dalam program ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi tiga negara di daratan Eropa yakni Swiss, Jerman, dan Belgia. Dalam rangkaian kegiatan tersebut aku diagendakan mengikuti beberapa kegiatan kerelawanan internasional yaitu workcamp (kemah kerja jangka pendek 2-3 minggu) dan menghadiri NSPM (North South Platfom Meeting) di Belgia di bulan Oktober.

Trip di Lufen, Swiss
Sumber: Dokumen Pribadi
Info: Program ini merupakan program tahunan SCI International dimana mereka mengundang beberapa relawan dari negara-negara berkembang yang tersebar di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk mendapatkan kesempatan melakukan kegiatan kerelawanan di negara-negara maju seperti Eropa. Seperti tradisi di akhir program ini akan dilaksanakan  NSPM yang berutujuan mengevaluasi kinerja pertukaran relawan dari negara maju ke negara berkembang dan sebaliknya dan menampung aspirasi cabang-cabang dan organisasi-organisasi mitra SCI di seluruh dunia sebelum dilaksanakannya EEM (Exchange Evaluation Meeting) sepekan setelahnya.
Dengan rasa gamang karena harus meninggalkan kawan-kawan dan keluarga dengan setumpuk tugas serta urusan yang menunggu untuk diselesaikan. Sempat keraguan muncul untuk berangkat sejenak selama 3 bulan ke benua biru. Namun, niat untuk memperkaya diri dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan baru lebih kuat, berharap kembali dengan segudang informasi yang ingin aku bagikan kepada kawan-kawanku dan saudaraku di Indonesia.

Banyak cerita yang ingin aku bagikan kepada kalian. Aku sangat jelek dalam ingatan sehingga sebelum aku lupa aku ingin berbagi dengan kalian. Namun, banyaknya yang ingin aku tulis di halaman ini, maka aku membaginya di beberapa bagian sampai aku merasa cukup. Tentunya akan ada cerita seru lainnya di blog ini maka ikuti seterusnya ya... :)

Swiss

Negeri Coklat dan Keju 

Kesan Pertama

Sangatlah terkesan di hari pertama ketika pertama kalinya aku menginjakan kaki di negeri yang terkenal dengan sistem pemerintahannya yang baik ini. Sering santer terdengar juga dengan kebijakan sistem pajak 'surga' di negeri ini sehingga banyak dari para konglomerat di selurh negara berlomba-lomba untuk mendapatkan kewarganegaraan Swiss untuk hidup lebih nyaman dan terjamin. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, namun juga tak sepenuhnya betul. Sebenarnya fakta tersebut bukan berarti tak meninggalkan jejak permasalahan. Permasalahan yang santer terdengar ketika aku di sana adalah negosiasi dibalik pintu yang menyebabkan banyak orang kaya membayarkan pajaknya tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.

Kota Bern Ibu kota Swiss
Sumber: Dokumen Pribadi

Pada awal kedatangan di Zurich grogi adalah perasaaan pertama saat aku keluar dari pintu pesawat. Dengungan cerita dari teman-teman mengenai ketatnya petugas imigrasi di Eropa membuat aku agak salah tingkah ketika ternyata petugas imigrasi yang mengecek pasporku menyapaku dengan bahasa Indonesia "Selamat Datang". Rasa yang aku ingat hanya ingin mengatakan sesuatu tapi apa daya mulut cuma berkata "iya". Namun setidaknya momen itu membuka wacanaku tentang keterbukaan dan saatnya mambaur di ingkungan baru. Sejak saat itu rasa yang ada hanya rasa semangat untuk melakukan petualangan selama 3 bulan itu.

Santai di sebuah taman kota di Zurich di samping Sungai Limmat
Sumber: Dokumen Pribadi

Di pagi yang cerah itu aku dijemput oleh seorang relwan berpengalaman bernama Heinz yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari Bandara Zurich. Saking bersemangatnya aku mengajak Heinz untuk keliling sejenak di sekililing kota karena aku cuma punya waktu dua hari dan satu malam di salah satu kota tersibuk di Swiss ini. Pada saat itu tidak banyak orang berlalu lalang di sekitar tengah kota, banyak dari mereka menghabiskan di taman-taman kota atau pinggir sungai limmat untuk menikmati hari libur mereka. Aku dan Heniz menuju ke danau terdekat untuk setidaknya santai dan menikmati udara sore hari di Zurich. 

Di samping sebuah Danau di Kota Zurich
Sumber: Dokumen Pribadi

Dalam perjalanan pulang di petang itu, aku membicarakan mengenai banyak hal dengan temanku Heniz mengenai Kota Zurich sendiri dan kehidupan di dalamnya. Kebetulan pada bulan itu aku sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, dan aku mengerti aku tidak dapat berharap lebih terhadap euforia ramadhan yang hendak aku dapatkan di negeri ini. Namun, pengalaman yang aku dapat sungguh tidak dapat aku bayangkan sebelumnya. Heinz mengatakan dekat dengan flat-nya ada pusat Islam Zurich yang setiap harinya menyediakan tempat ibadah dan makanan bagi yang berpuasa di Kota Zurich. Aku pun tidak melewatkan pengalaman berkesan ini untuk segera megunjungi tempat tersebut setelah senja benar-benar datang.

***

Senja pun menampakan dengan jelas wujudnya di Kota Zurich, dan aku berpamitan dengan temanku Heinz untuk pergi mengunjungi tempat yang aku maksudkan di atas. Pada saat itu saja aku tidak berpuasa karena aku dalam perjalanan, namun sholat tarawih pertamaku di negeri orang tidak akan pernah aku lewatkan. Saat aku menjelang pintu tempat tersebut penghuni flat kecil itu menyambut hangat. Mereka didominasi oleh para imigran yang berasal dari Afrika, dan ada beberapa pengunjung keturunan India. Tempat itu hanya flat kecil tanpa perabot yang dengan berhaja berhias pernak-pernik khas Islam Afrika dan meja hidangan bagi yang berpuasa. Kegiatan petang itu diisi dengan buka puasa bersama, lalu dilanjutkan sholat maghrib dan sholat tarawih. Sungguh pengalaman yang tidak pernah akan aku lupakan dimana aku merasakan kehangatan dan keramahan masyarakat Zurich untuk pertama kali di komunias minoritas pemeluk agama Islam.

Cukup menarik juga ketika aku berdiksusi dengan Heinz mengenai fenomena politik minoritas juga sangat menarik untuk ditelisik. Dibalik kehidupan maju di Swiss isu agama masih menjadi hal yang menjanjikan bagi partai penguasa dalam mempertahankan kekuasaannya. Partai yang berkuasa saat ini adalah Partai Kristen Demokrat dan Partai Demokrat Liberal yang menghembuskan isu mengenai keharusan akan kewaspadaan kaum minoritas Islam yang akan menguasai dunia dan membahayakan tatanan sosial di Eropa yang sudah tertata sejak dahulu kala. Hmmm..., andai aku lebih lama di sana aku bisa melakukan penetian yang lebih komprehensif mengenai hal tersebut.


Suasana di dalam Islamiches Zentrum Zurich
Sumber: Dokumen Pribadi

Negeri ini juga terkenal dengan sistem transporatasi yang sangat rapih dan tepat waktu. Seperti negara eropa yang lainnya, negeri ini juga sangat mengandalkan transportasi berbasis rel dan bus. Di dalam kota Swiss mengandalkan moda transportasi tramp dan bus. Di beberapa pinggir kota maupun di beberapa kota kecil tidak banyak kita melihat lampu lalu lintas, melainkan peerbedaan antra zebra cross kuning dan putih. Zebra cross kuning menandakan bahwa kita perlu hati-hati karena tidak ada lampu lalu lintas yang mengatur arus kendaraan, sehingga baik pengendara atau pejalan kaki juga harus sama-sama waspada atas kondisi tersebut. Sebaliknya zebra cross putih adalah yang sering kita lihat berbagai tempat di Indonesia. Ketepatan waktu juga menjadi keunggulan dari transportasi di negeri ini. Komitmen warga swiss akan waktu juga turut didukung dengan trasnportasi publik rapih. Pengahargaan atas pejalanan kaki juga sangat tinggi di sana.

Suasana di dalam Bus di perjalan ke Kota Bern
Sumber: Dokumen Pribadi

Wow, sempat ku berkali-kali membacanya kalau misal ada yang terelwat. Nilai bisa diambil adalah hal kecil bahkan dapat menjadi cerita yang berkesan. Hal yang selalu ingin aku tanam di setiap langkahku adalah selalu memperhaikan hal-hal kacil karena semua hal besar berasal dari sebuah hal yang kecil. Mungkin ini sementara yang ingin aku bagi dengan kawan-kawan. Ada cerita yang masih aku selesaikan masih berkaitan dengan pengalamanku di negeri orang kaya ini seperti pengalamanku di danau kecil, hingga kepingan memori saat aku tinggal di sebuah lahal pertanian yang berjarak 30 menit dari pusat Kota Bern.

Bersambung..., 

2 komentar:

  1. area bebas sare'at :P. keep writing! tapi jangan panjang2 gitu tho.. episodenya aja yang dibanyakin, gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas sarannya kawan!, akan ditampung dan ditindaklanjuti untuk perbaikan ke depannya :)

      Hapus