Sabtu, 01 Februari 2014

Sang Mantan Menteri, Sang Eskapologis

Selamat Pagi, Sekedar ulasan berita pagi hari, Selamat menikmati :)

Ilustrasi
Eskapologi adalah seni melarikan diri. Seni ini sering deterapkan para pesulap yang menonjolkan atraksi melarikan diri dari ancaman. Ancaman tersebut dapat berupa diikat di dalam jeruji besi, terancam dijatuhi beban berkilo-kilo, diborgol dan lain sebagainya. Pertunjukan itu tentunya sangat menghibur ketika kita lihat di atas panggung. Namun, apa yang terjadi jikalau itu terjadi di panggung politik kita?


***

Barusan aku mendengar adanya berita yang cukup merarik dan mengelitik diperdengungkan oleh telivisi rumahku. Seorang menteri dengan tenangnya melenggang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri perdangangan di tengah kemelut kasus impor beras yang sedang hangat-hangatnya berhembus di telinga kita. Permasalahan itu tidak akan pernah selesai apabila orang yang bertanggung jawab penuh dengan permasalahan ini malah dengan seenaknya sendiri pamit untuk menghadiri agenda politiknya. Belum lagi permasalahan para petani yang merana akibat erupsi Gunung Sinabung dan mereka yang sawahnya tergenang banjir sehingga tanaman mereka menjadi gagal dipanen.

Langkah yang diambil oleh Gita sungguh mengagetkan sebagai orang yang selama ini menjadi perhatian halayak ramai setelah dia mengikrarkan diri untuk mencalonkan sebagai calon presiden di pemilu yang akan dilaksanakan pada pertengahan tahun ini. Hal tersebut sebenarnya akan membuat semua masyarkat bergeming dengan kehadirannya. Kepercayaan dirinya maju di penetapan balon presiden di Konferensi Partai Demokrat yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Hal aneh juga terjadi kepada kepala negara kita pak SBY. Bagaimana mungkin dia dengan gampangnya merestui Gita untuk keluar dari kabinetnya dengan alasan ingin fokus pada pencalonannya sebagai presiden tahun ini. Tentunya dia tidak akan bertindak demikian tanpa adanya hitung-hitungan politik yang membuat di mantap atas pilihannya.

Ada beberapa asumsi yang dapat menerjemahkan hal tersebut. Pertama, dengan banyaknya bursa calon yang masuk dalam meja komisariat Partai Demokrat tentunya membuat dalam tubuh partai penguasa tersebut terjadi persaingan suara yang sengit. Apalagi menjelang pertarungan mereka dalam konferensi partai yang tinggal menghitung hari ini, bisa saja ini menjadi alat bagi rivalnya satu partai untuk menjegalnya secara image dari awal. Sedangkan asumsi yang kedua namun agaknya sangat kecil,  mungkin saja Gita sudah mengantngi hitung-hitungan politis dari tim suksesnya sehingga dia sangat mantap melihat situasi ini. Namun, dari cara balon-balon yang akan bersaing agaknya aku kurang yakin dengan keputusannya tersebut.

Permasalahan akuntabilitas pemerintahan negeri ini memang patut mendapatkan status memprihatinkan. Bagaimana tidak, sudah banyak permasalahan yang didinginkan begitu saja tanpa ada urainan jelas dari si pelakunya. Pemerintah cuma sibuk untuk melanggengkan kekuasaannya tanpa memperhatikan amanah rakyat yang selama ini dibebankan kepadanya. Hal ini jelas meresahkan, sepeninggal Gita dari kursi menteri pertanian banyak meninggalkan permasalahan dan perkerjaan rumah yang belum diselesaikan.

Permasalahan impor beras bukan permasalahan yang kecil. Karena hal tersebut banyak pentani lokal yang merugi karena harga beras mereka jatuh di pasaran. Sehingga mereka tidak bisa mengambalikan modal yang sudah mereka keluarkan. Keputusan impor beras dari Vietnam juga merugikan negara milyaran rupiah dalam neraca belanja tahun ini sehingga hal tersebut terkesan mubadzir melihat masih banyaknya masyarakat yang masih kesulitan mendapatkan pupuk untuk tanamannya.

Di saat yang sama para pengungsi erupsi Gunung Sinabung yang kebetulan berprofesi sebagai petani kini juga tengah merana. Banyak dari mereka yang bingung kepada siapa mereka akan mengadu tentang keursakan lahan pernaian mereka. Sebagai salah satu pemasok utama kebutuahn buah dan sayur di provinsi Sumatera Utara, tentunya mereka sudah menginvestasikan besar untuk lahan mereka. Sedangkan kini harga kebutuhan pokok di kini merangkang terus naik. Namun, kita tidak bisa menyalahkan bencana. Bencana alam bisa datang kapan saja apa lagi di negeri yang terkenal sebagai ring of fire dan negeri rawa gempa. Sudah saatnya sebagai negara agraris pemeritah lebih memperhatikan nasib dari para petani untuk menanggulangi kegamangan seperti yang terjadi sekarang ini.

Ada beberapa contoh baik yang dipraktekkan negara-negara agraris lainnya seperti Filipina dan Meksiko yang menerapkan peraturan asuransi pertanian. Ada jaminan yang dibebankan untuk menutupi kedugian ketika bencana alam datang sehingga menggerus lahan pertanian mereka. Tentuny ini tidak hanya melibatkan satu kementrian saja. Urusan ini juga akan melibatkan kementrian pernian yang bertanggung jawab secara penuh terhadap permasalahan ini, Namun, agaknya kini pemerintah lebih menyalahkan bencana yang telah terjadi dimana bertepatan di saat yang sama dengan tahun politik 2014.

Sekain ulasan singkat dariku, semogga bermanfaat. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar