Jumat, 28 Februari 2014

Sepenggal Cerita Di Benua Biru (Part III)

Swiss

Negeri Coklat dan Keju

"2013 Europe Trip: 3 Month in 3 Country (Switzerland, Germany, Belgium)
Memasak untuk halayak ramai untuk Swiss National Day
Sumber: Dokumen Pribadi 

Petualanganku berlanjut masih bersama teman-temanku dari Slovenia, Hongaria, Rumania, Ukraina, dan tentunya Swiss di sebuah negeri yang kadang orang hanya bermimipi untuk menggapainya. Negeri para konglomerat dan negeri para orang berpengasilan tinggi di dunia. Sangat jauh berbeda tentunya apa yang aku lihat di negeriku tercinta Indonesia dan Negeri Salju ini.

Ya, negeri Salju juga nama yang pantas untuk disematkan pada negera tersebut. Negeri ini memiliki topografi yang didominasi dengan karakteristik pegunungan. Sepanjang jalan kita berjalan dengan sangat mudah kita melihat hamparan gunung-gunung batu yang menjulang dengan salju abadi yang menutupinya di sepanjang tahun. Tentunya ini bukan hal yang biasa bagiku sebagai orang yang besar di negara tropis seperti Indonesia.



***
Siang itu kita mendapatkan pekerjaan yang lebih sedikit dari biasanya. Markus, teman petani kita megatakan kita sudah banyak melakukan banyak hal dan sekarang saatnya kita melakukan perjalanan di tempat yang sama sekali kita belum pernah ke sana untuk menghibur diri. Markus adalah warga negra Jerman. Dia memutuskan untuk tinggal di lahan pertanian tersebut setelah dia pensiun dari pekerjaannya di Jerman dan ingin mendalami ilmu bercocok tanam di Siwss dan ingin lebih dekat dengan agamanya. Ya, dia adalah sosok yang cukup religius di mataku. Kita sering mendiskusikan mengenai kerpcayaan kita masing-masing di sela waktu-waktu luang di lahan pertanian Niedermuhlern. Mungkin akan aku bagi cerita bagaimana diskusi kita di lain waktu teman..., :) 

Kita Berangkat dengan dua wanita yang menakjubkan dari Kota, Ivone dan Cecil dengan menggunakan mobil Andreas. Mereka bekerja di Kota masing-masing dan ketika mereka liburan, mereka selalu menyempatkan diri untuk berkeunjung ke lahan pertanian milik Andreas dan Cristhop. Mereka sebenarnya dulu merupakan perkerja di lahan pertanian ini. Namun pada akhirnya, tuntutan jalan hidup mereka yang akhirnya harus menggiring mereka ke Kota dalam waktu yang cukup lama. Mereka selalu merasa rindu untuk kembali dengan berinteraksi dengan alam asri Swiss di Neidermuhlern. 

Aku dengan Ivone dan Cecil saat melakukan perjalanan di Luterbrunnen
Sumber: Dokumen Pribadi
kadang perilaku kedua sahabat ini menggelikan. Cecil yang berasal dari Peru selalu menggunakan nada tinggi dalam berbicara atau memanggil seseorang dan kadang tidak pandang waktu dan tempat. Sedangkan Ivone adalah warga asli Swiss yang suka dengan ketenangan. Kadang interaksi mereka aneh di mataku namun selalu memunculkan gelak tawa. 

Badai Hujan Es di Iseltwald

Hari itu sebenarnya sangat cerah, secerah semangat kita saat itu untuk melakukan perjalanan liburan di sekitar Bern. Namun memang kita sama-sama tidak menyangka kalau ternyata perjalanan kita sudah menyimpan kejutan di dalamnya. 

Maskot Kota Kecil Iseltwald
Sumber: Dokumen Pribadi 

Awalnya kita bingung menentukan tujuan karena diantara kita hanya Ivone yang mernupakan warga asli Swiss. Sedangkan Ivone sendiri tidak berasal dari daerah tersebut sehingga dia tidak banyak tahu. Hanya ada satu nama dikepala kita yaitu salah satu keajaiban alam negeri ini yang bernama Trummelbachfall yaitu Gleiser dan sungai di perut bumi yang membentuk ukiran alam nan menakjubkan karena terbentuk sejak ribuan tahun yang lalu. 

Trummelbackfall Nature Wonder of Switzerland
Sumber: Dokumen Pribadi 

Setelahnya kita mengadalkan peta untuk menentukan destinasi selanjutnya. Sampai akhirnya kita mentukan tujuan ke Iseltwald Kota Kecil dengan pemandangan danau yang indah dilengkapi dengan kastil tua yang ada di tengah- tengah danau. Masing-masing dari kita tidak pernah menyinggahi tempat tersebut. Hanya berbekal pendapat dari orang yang kita temui di jalan yang merekomendasikan tempat ini hingga akhirnya kita mantap untuk memilihnya sebagai destinasi selanjutnya hari itu. 

***

Terang saja, pemandangan menakjubkan terhampar menyambut kedatangan kita di Kota Kecil tersebut. Bagi kalian yang akan berkunjung di berbagai tempat di Swiss untuk pertama kali, tidak usah khawatir anda akan tesesat karena hampir di seluruh penjuru Swiss memiliki pusat informasi bagi turis dan peta wilayah yang mereka letakan di berbagai titik supaya menimalisir pengunjung yang tersesat dan kebingungan. 

Kastil tua di tengah danau Isetlwald
Sumber: Dokumen Pribadi
Cecil dan Ivone memutuskan untuk menghabiskan waktu di kafe di dekat danau dan kita memutuskan untuk mencari spot terbaik untuk berenang. Namun tidak lama setelahnya kita mendapati hal yang tidak kita duga sebelumnya. Hari itu sangat cerah hingga ada kumpulan awan hitam yang terus mendekat ke kota kecil ini. Dan jelas kiranya ternyata itu adalah tanda-tanda badai hujan es yang kata orang setempat mereka sering mengalaminya di tengah musim panas yang terik. 

Kapal Pesiar yang hendak berangkat sebelum badai hujan es
Sumber: Dokumen Pribadi 
Awan Hitam yang mambawa Kerikil Es yang siap menhantam Kota Iseltwald
Sumber: Dokumen Probadi 



Kerikil Es yang dibawah Badai
Sumber: Dokumen Pribadi 
Kondisi Setelah Badai Hujan Es
Sumber: Dokumen Pribadi
Saat badai datang kita berlindung di pusat informasi turis. Untungnya badai itu tidak berlangsung lama. Sekitar 15 menit hujan es sudah berhenti. Serta tidak ada kerusakan yang berarti. Karena setelah badai berlalu semua orang orang kembali ke aktifitas mereka seperti semula. Sedangkan ini menjadi pengalama pertamaku melihat hujan es di negeri orang untuk pertama kali. Ternyata ada satu hal yang lupa kita lakukan sebelum kita melakukan perjalanan ini adalah melihat ramalan cuaca. ;) 


Memasak Pecel dan Perkedel di Hari Nasional Swiss 1 Agustus 2013

Sedikit mendadak agaknya waktu itu Sereina (istri dari Christop) dan Silvia (Istri dari Andreas) memberikan tawaran untuk memasak hidangan Indonesia di hari spesial bagi para warga negara Swiss yang tentu akan aku terima. Mereka menyebutnya menjadi Hari Nasional (bukan hari kemerdekaan seperti kita). Ya, Swiss tidak ada sejarah aktif dalam peperangan di masa lampau. National Day yang mereka rayakan sudah selalu mereka lakukan semanjak bersatunya kerajaan - kerajaan kecil di yang sekarang disebut sebagai Negara Swiss yang ditandai dengan disepakatinya Federal Charter pada tahun 1291. (cek lebih detil di Swiss National Day)

Hidangan Khas Swiss National Day (Roti Swiss, Bacon, Pork, Beef, and Sausage)
Sumber: Dokumen Pribadi 

Satu tragedi kelaparan terbesar yang pernah dialami negeri ini adalah ketika perang eropa di masa perang dunia kedua bergejolak sehingga pasokan kebutuhan pangan terhambat. Pada saat itu warga Swiss hanya bisa menanam kentang di sepanjang musim dan gandum di musim panas. Pada saat itu mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli sebatang roti untuk keluarga mereka. Aku belum menemukan sumber lengkap mengenai tragedi tersebut. (Aku mengetahui hal ini ketika betemu dengan seorang guru TK para imigran di Basel)

Seperti halnya Lebaran di Indonesia, ada hidangan yang tidak bisa dilewatkan oleh warga Swiss yang mereayakan hari ini. Mereka adalah Roti swiss, Daging Babi, Daging Sapi, Sosis, dan Kue Pai betoping sesuai dengan khas daerah masing-masing. Kebetulan keluarga Christop adalah Vegetarian dan Keluarga Andreas yang penyuka sayur sehingga mereka menyiapkan salad untuk pelengkap hari itu. 

Aku sendiri putar pikiran karena mereka nantinya mengundang kerabat dan kenalan mereka serta anak-anak berkebutuhan spesial yang mereka asuh di hari itu. Sereina mengatakan kalau nantinya mungkin akan ada sekitar 30 - 40 orang. Sepanjang pengalamanku memasak untuk halayak ramai adalah saat aku punya hajat di kampung halamanku dan itu saja ibu dan tetanga membantu. Sedangkan pada saat itu, mau tidak mau aku harus masak sendiri dengan bahan-bahan yang kurang begitu aku kenal dari mereka. Memang aku membawa beberapa bumbu dari indonesia namun aku yakin tidak akan cukup. Sampai akhirnya aku terfikir untuk memasak pecel (javanese salad) dan Perkedel, karena dari bumbu yang aku kumpulkan itulah rasa masakan yang paling mendekati cita rasa Indonesia dengan bumbu-bumbu yanga ada. 

Suasana Persiapan Hari Nasional Swiss 1 Agustus 2013
Sumber: Dokumen Pribadi


Roti Khas Swiss National Day
Sumber: Dokumen Pribadi 

Indonesian Cuisine (Pecel & Perkedel) from Chef Sany on Swiss National Day 2013
Sumber: Dokumen Pribadi

Pose first :)
Sumber: Dokumen Pribadi
Satu lagi hari besar bagiku. Momen pertama kali menginjakan kaki di benua biru dan memperkenalkan masakan khas Indonesia tertama Jawa kepada masyarakat Swiss. Sebenarnya mereka mengundang aku di Aufbach fest menyambut late Summer 2013 dan memasakan hidangan yang sama namun sayangnya pada hari itu aku sudah ada di workcamp-ku yang kedua. Yang jaraknya sangat jauh dan sangat mahal kalau aku memaksanakan hadir. 

Kesenangan tidak hanya berhenti di situ saja. Pada saat fajar mulai tenggelam kita bernyanyi bersama degan penerangan cahaya lilin yang dibungkus dengan kertas perlambangkan bendera Swiss. Kita menyanyikan banyak lagu dari berbagai negara seperti Peru, Indonesia, dan tentunya Swiss sendiri. 

Swiss Lampion made by Children from Farm House
Sumber: Dokumen Priabadi 
Di saat petang kita bersama-sama menapaki bukit untuk bersama-sama merayakan hari spesial tersebut dengan api unggun dan lantutnan musik dari terumpet khas Swiss dan Swiss orgal. Malam itu terasa sangat shahdu dengan ditemani bintang dan kembang api kota yang bisa kita lihat di berbagai sisi dari kejauhan di atas bukit. 

Suasana Malam hari Swiss National Day di atas bukit Niedermuhlern
Sumber: Dokumen Pribadi 

Kembang Api dari balik bukit
Sumber: Dokumen Pribadi
Balon Udara sebagai Tradisi Memanjatkan Doa
Sumber: Dokumen Pribadi

Mungkin latar belakang dari hari nasional mereka tidak se-heroik apa yang negeriku punya. Namun, itu lah yang mengilhamiku untuk menyetujui kata pepatah "tidak ada tempat senyaman rumah sendiri". Pada akhirnya aku merasa suatu saat nanti aku kan kembali ke negeri ini untuk mengujungi keluargaku di sana. Ya, itu yang aku katakan kepada mereka saat itu "aku pasti akan kembali" 

Sekian dulu hari berbagi hari ini. Masih banyak sekali cerita yang aku ingin bagi denganmu. Kemarin, aku mendapatkan pesanan untuk menuliskan artikel mengenai asal-usul aksen bahasa Tegal yang menjadi akar bahasa lisanku. Aku pernah menuliskannya namun aku lupa dimana aku menyimpannya. :-P 

Oke see you on another chance firiends!!! :) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar