Sabtu, 01 Maret 2014

Sebuah Ungkapan Kejujuran Kehidupan Seorang Geisha

Rak Buku Jati Lapuk: 0002

Hi! Selamat datang di Rak Bukuku!

Sekarang ini aku mau mengulas kembali koleksi bukuku yang sudah aku baca sejak masuk kuliah tahun 2007. Sebenarnya hasrat untuk membaca sudah sejak lama namun akhirnya aku bisa meluangkan waktu untuk meng-khatam-kan buku ini.

Judul Buku: Memoar Seorang Geisha
Judul Asli: Memoirs of A Geisha
Penulis: Arthur Golden
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2002
Tebal: 490 Halaman
Berangkat dari rasa penasaranku dengan sosok Geisha yang menjadi perdebatan di kalangan pembela hak-hak perempuan. Ada yang mengatakan bahawa mereka adalah pekerja seks terselubung dan sedangkan teman Jepangku mengatakan kalau mereka adalah aset budaya Jepang. Mereka adalah sekelompok wanita yang melestarian tarian dan musik tradisional asal Jepang. Tidak pernah rasanya mereka meng-amin-i persepsi pertama yang meiyakan bahwa mereka adalah seorang pekerja seks.



Buku ini menceritakan kisah nyata perjalanan seorang Geisha yang berasal dari penuturan langsung dari si pelaku. Buku ini menyajikan berbagai macam prespektif pandangan dan lika-liku kehidupan seorang Geisha sejak mereka kecil hingga akhirnya dia berkomitmen untuk menjadi seorang Geisha.

Menjadi seorang Geisha bukan hal yang mudah. Mereka harus melawati serentetan kelas yang menempa mereka dengan tradisi dan budaya Jepang seperti seni musik, tari, teater, hingga tata krama. Mereka juga ditempa di rumah geisha sejak mereka kecil dengan segudang peraturan yang membatasi seorang calon Geisha berinteraksi dengan dunia luar. Keterbatasann akses itu sebenarnya dikarenakan karena beratnya beban seorang Geisha baik sosial, ekonomi, hingga budaya. Sedari kecil mereka dilatih kedisiplinan dan kepatuhan sehingga nantinya mereka menjadi Geisha yang bertanggung jawab dan dapat mengemban tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.

Namun, ketika selayaknya kehidupan seorang manusia, Geisha juga berhak akan rasa cinta. Namun, menjalankan peran sebagai Geisha berarti mencurahkan segala apa yang dia miliki untuk menjaga tradisi dan budaya termasuk fisik dan psikis. Menjadi seorang Geisha bisa dikatakan bahwa semua yang mereka punya adalah aset mereka, termasuk keperawanan. Itulah kenapa pada saat masa pendidikan, rumah Geisha sangat ketat mengawasi interaksi mereka  terhadap lawan jenis, hingga saatnya mereka telah siap menjadi seorang Geisha seutuhnya.

Pergolakan jiwa seorang Geisha dalam menghadapi kenyataan dan tanggung jawab yang disematkan di pundaknya adalah menjadi arus utama buku ini. Bagaimana dia melawan kodratnya dalam mencintai menjadi bersedia untuk dicintai, dan bagaimana seoarang pengorbanan Geisha kepada masyarakat dan bangsanya semunya tersaji di buku ini dan siap untuk dilahap.

-Jati Lapuk-

2 komentar:

  1. Mas Sany, visit back ke blog q yaa :)
    http://dhe-ujha.blogspot.com/

    BalasHapus