Minggu, 10 Agustus 2014

Mebahasakan Kehilangan dengan Keindahan

Hi Pembaca!!!

Oi! oi! Oi! Akhirnya muncul juga setelah beberapa bulan ini aku menghilang dalam pusaran kerjaan haha, Mungkin kamu para pembaca akrab dengan sapaanku di awal artikel ini. Ya, sapaan akrab dari salah satu fans dari sebuah idol group di Indonesia. Namun aku tidak tidak membahas itu atau ingin mengikrarkan diri bahwa aku menjadi salah satu dari mereka, namun aku henda bercerita sedikit mengenai buku yang beberapa saat libur Lebaran kemarin aku jadikan kudapan ditengah jadwal kunjungan yang penuh serta perut yang penuh juga. hahaha, cekidot!!!

Judul Buku: Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis: Tere-Liye
Penerbit: Republika
Tahun Terbit: 2009
Tebal: 426 Halaman
Jenis Buku: Fiksi

Banyak rahasia Ilahi yang tidak dapat kita singkat dengan kedua tangan ini, dan tak bisa dituliskan oleh pena ini. Namun banyak yang merasa ketika mereka ada ditahap tersebut, mereka sadar bahwa penyesalan selalu datang tiba-tiba dan selalu di akhir.

Tahaan itu sering kita sebut sebagai Kehilangan. Kehilangan menjadi titik balik bagi setiap orang untuk memperbaiki diri secara komprehensif pada satu sisi, dan mengartikannya di sisi lain ketika ia mendapatkan momen itu untuk kedua kalinya.



Sering kita bergumam dalam hati "mengapa dia harus diambil dari kehidupanku?". Orang tua, saudara satu rahim, dan mereka yang bersatu atap kebersamaan dengan kita. Dan lalu kita mengutuk diri sendiri dan langit mengenai keputusan-Nya yang sudah ada di depan mata. "kenapa bukan aku?" "kenapa harus aku merasakan rasa getir ini?" "Kenapa engkamu mengambil keputusan  ini hai Sang Maha Adil?" dan seterusnya.

Padahan  jawaban itu ada di depan mata kita. Adik kita yang masih butuh bimbingan, Ibu kita yang butuh dorongan, dan teman-teman kita yang butuh diingatkan menjadi jawaban tesirat dari kepahitan itu. Sudah menjadi akhir dari garis yang bernama kehidupan adalah kematian serta pertemuan lalu berujung dengan perpisahan. Namun tidak semua orang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kesemuanya itu.

Cobalah saat kita memejamkan mata, dengarkan suara disekitar kita, ada pelan ada keras, ada yang melengking ada yang teredam, ada yang teratur bahkan ada yang berantakan. Dunia ini selalu Ia sandingkan dengan dua probabiilitas. Semunya bertolak belakang antara awal dan akhirnya. Namun manusia selalu hidup dan beraktifitas di antaranya.

Ada yang berpendapat bahwa hidup ini abu-abu. Alih-alih berkata benar dan salah namun mereka pun tidak bisa mengklasifikasikan mana yang benar-benar benar dan mana yang benar-benar salah. Sedang, pendidikan kita selalu mengajarkan hitam dan putih yang membuat semua orang enggan untuk berada pada wilayah itu sadar atau tidak. Seperti halnya kita memilih untuk menasehati orang ketimbang menyadari diri untuk sadar bahwa ia juga membutuhkan nasehat itu sendiri.

Meninggalkan dan ditinggalkan adalah kepingan, yang seorang Tere-liye coba kupas dengan bingkai keindahan dalam bukunya yang bertajuk "Rembulan Tenggelam di Wajahmu". Sebuah novel yang bercerita mengenai kehidupan seorang Rehan atau panggilannya Rey mencoba menelisik carut-marunya kehidupan ini dengan cerita Suram yang di-ameliorasi-kan. Makna-makna tersirat dalam kehiudupan ini sering kita abaikan karena kita kita sibuk untuk mengejar materi-materi. Padahal kita tidak menyadari bahwasanya manusia diciptakan pula menerka dengan segala fenomena. Dalam buku ini Tere-Liye mengajak kita untuk sekedar diam dan menangkap segala fenomena yang ada di sekitar kita.

-Jati Lapuk-
Semarang,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar