Minggu, 16 November 2014

The Giant of Africa (Nigeria) Part I

Selamat Malam Pembaca Setia!
Malam ini aku akan kembali berbagi sepenggal cerita tetang kisah perjalananku di Nigeria selama 2 minggu. Silahkan menikmati... ;) 

Rekreasi di Salah satu Pantai di Badagry ( + 2 jam dari pusat Kota Lagos), Nigeria


Nigeria adalah negara di Benua Afrika pertama yang aku kunjungi. Kesempatan ini sangat jarang sekali dan aku sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan merasakan kehidupan di Negeri yang mendapatkan Julukan “The Giant of Africa” ini. 

Julukan itu bukan main-main. Nigeria juga memiliki Gross Domestic Product (GDP) yang cukup tinggi sehingga menempatkan Negeri ini dalam lima besar negara Afrika yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi bersama Mesir dan Afrika Selatan. Selengkapnya mengenai gambaran umum Nigeria bisa diintip ulasannya di link berikut ini (Baca: Nigeria Overview

Dengan fakta yang tertera di internet adalah sumber primer untuk melengkapi pradugaku mengenai negeri ini sebelum aku menginjakan kaki di Nigeria. Hal tersebut juga dapat mengurangi kecemasan keluarga karena Nigeria bukanlah destinasi yang awam bagi orang Indonsia berpergian. Banyak informasi-informasi dan rumor dari wabah penyakit, kebersihan dan lain-lain yang seharunya dapat membuat kita lebih siap. Berikut ini adalah kepingan-kepingan menarik pada saat kedatangan hari pertamaku di Nigeria.

Kartu Kuning

Kartu kuning adalah kartu tanda telah difaksinasi untuk satu penyakit endemik tertentu. Kartu tersebut memang berwana kuning dan di dalamnya tertera berapa kali kamu mendapatkan faksinasi dan nama penyakitnya.

Ilustrasi Kartu Kuning 
Sebenarnya untuk beberapa negara kartu ini adalah syarat wajib untuk mendapatkan visa untuk negara tertentu. Namun, hal halnya di Indonesia. (Baca: How to apply Visa to Nigeria) Untuk mendapatkan kartu tersebut di Indonesia kamu bisa bergi ke Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang tersebar di setiap wilayah di Indonesia. (Baca: Daftar KKP di Indonesia

Pada dasarnya kartu ini adalah alat untuk mempermudah dan memberikan rasa nyaman selama kamu melancong di tempat tertentu. Namun, kamu harus hati-hati mengenai jenis faksinasi yang kamu ambil, dan tidak usah ragu untuk menanyakan secara lengkap mengenai gejala penyakit endemik daerah tertentu dan efek dari faksinasi yang diambil.

Selamat datang di “Muhammad Murtalla International Airport" Lagos Nigeria

Muhammad Murtalla Int Air Port tampak dari depan
Bandara ini tergolong besar di Nigeria, namun manajemen pengelolaan bandara bagi saya masih terbilang masih jauh dari layak. Pada saat saya keluar dari pesawat saya langsung menyusuri lorong ke arah loket imigrasi Nigeri.  Terdapat 3 loket untuk penumpang berpaspor Nigeria dan 2 loket untuk pasport Internasional. Dilihat dari antrian yang masuk memang lebih banyak mereka yang berpaspor nigeria. Namun antrian pengunjung internasional juga tidak bisa dibilang pendek. Lamanya antrian (hampir 30 menit) diperparah lagi dengan aksi serobot beberapa penumpang lokal di antrian internasional walapun pada akhirnya mereka dihalau oleh petugas.

"Stop! Yellow Card Sir!"

Setelah menunggu di bagaian luggage selama sekitar 45 menit, akhirnya aku bersiap untuk keluar ke pintu kedatangan. Namun sekitar 2 meter sebelum gerbang tersebut adalah petugas pria paruh baya mengentikan langkahku, dengan menanyakan kartu kuning.

Sialnya memang aku tidak mempersiapkannya. Perjanjuan faksinasi yan seharunya dilaksanakan sebelum keberangkatanku dibatalkan karena ternyata KKP Jakarta pada tanggal tersebut sedang tutup.

Petugas memintaku untuk mengikuti di pojok lorong yang terdapat meja kecil di sana. Ternyata aku tidak sendiri ada 1 penumpang yang bernasib sama. Lalu terlibatlah negosiasi setelag petugas tersebut memaksaku membayar 200 Dollar karena keteledoranku (jujur aku tidak ada uang sebanyak itu di dompetku) Namun setelah lama berdebat akhirnya aku bisa melewati barikade petugas kesehatan tersebut menuju ke gerbang keluar kedatangan dengan gratis.

"Can I help you Sir?!"

Setelah kita masuk di gerbang kedatangan tidak serta merta tidak ada ujian setelahnya Banyak petugas bandara gadungan yang menawarkan tawaran jasa antar, bis, travel, dan lain-lain. Ada beberapa dari mereka yang 'jujur' dan ada banyak dari mereka yang mematok harga sangat tinggi untuk jasanya. Aku terlibat negosiasi dengan satu ‘petugas’ karena temanku tidak kunjung menampakan batang hidungnya setelah sekitar 15 menit dan sudah membuat aku sedikit grogi.
Aku membayar 1000 Naira dengan syarat aku mendapat 500 Naira dengan kartu bernomor provider Nigeria di ponselku. Namun di tengah perjalanan dia meminta tambahan extra, yang aku memutuskan untuk meninggalkannya, walau dengan gerutuanya yang masih bisa aku dengat saat aku meninggalakannya.


Naira mata uang Nigeria, kamu bisa menukarkan di beberapa loket valas yang tersebar di setiap sudut bandara, kamu Cuma harus jeli melihat nilai tukar yang terbaik - Lebih aman kamu membawa Dollar atau Euro, karena mata uang tersebut dapat diterima di belahan bumi manapun. (1 Naira = 70 Rupiah)

May be Tomorrow? Next Week?? or Next Month??

Pada saat perjalanan aku tertegun dengan pagar-pagar kompleks perumahan menuju ke satu tempat untuk kita tinggal 1 malam sebelum kita berangkat ke Badagry keesokan harinya. Pagar-pagar itu tinggi dan berisik. Suara berisik itu berasal dari genset yang mereka gunakan untuk menerangi dan menyalakan alat elektronik dalam keseharian keluarga-keluarga kaya tersebut. 

Ruang Tidur

Salah Satu Ruangan
Rumah yang akan kita tinggali adalah rumah kosong yang ditinggal pemiliknya. Cuma ada satu satpam yang menjaganya. Sebenarnya rumah ini cukup besar namun tidak ada lampu menyala di sini. Tapi setidaknya kita menikmati cahaya langit yang terang di malam hari daripada kita harus meratapi ketiadaan listrik dan ponsel kita yang sudah mati. 

Listrik menjadi permasalahan yang besar di Nigeria. Persebaran lisitrik belum merata di seluruh penjuru negeri. Setiap rumah tangga memiliki generator yang mereka gunakan setiap harinya terutama pada malam hari. Hal ini membuat pada malam hari suara berisik genset ketika dinyalakan beradu dengan kesunyian malam yang pada awalnya membuatku tercengang. Dan sejenak befikir mengenai apa yang terjadi di Negeriku bagian Timur yang juga memiliki permasalahan yang sama. 

Salah satu charger center di Nigeria (Ilustrasi)
Ketika aku menanyakan pada orang sekitar mengenai kapan listrik akan hidup kembali mereka menjawab: "mungkin bisa besok? minggu depan?? atau bulan depan???" adalah potret dimana di banyak bagian di Nigeria belum menikmati terangnya lampu di malam hari. 

Untuk menopang kebutuhan lisitrk warga, beberapa dari mereka berinisiatif untuk membuat charger center yaitu tempat dimana warga dapat meng-charge ponsel mereka. Untuk setiap sekali penuh mereka harus membayar sekitar 400 Naira. Charger center kadang sering kita temukan di beberapa pusat kegiatan atau pasar tradisional di beberapa desa yang ada di Nigeria



Packed Drinking Water

Kantung plastik Air Minum untuk Sehari-hari

Kalau di Indonesia kita mengeluhkan air kemasan gelas plastik atau botol plastik di Nigeria kita menggunakan kantung plastik untuk air minum keseharian kita. Hal ini mungkin amat bertentangan dengan cara hidup yang berwawasan lingkungan. Tapi apa yang terjadi di Nigeria sangatlah sulit untuk mendapatkan Gallon Water sehingga akhirnya kita banyak menggunakan kemasan ini. 

Karena kondisi plastik yang terpapar langsung dengan sinar matahari, kadang kita merasa pening saat mengkonsumsinya pertama kali. Tapi setelahnya tidak apa - apa. 

Memang berlawanan dengan prinsip berwawasan lingkungan yang kita anut. Tapi sebagai manusia kita harus bisa berkompromi dengan sebaga keadaan yang ada dan tidak memaksaan kehendak, karena itu akan menyulitkan semua orang yang ada di sekeliling kita. 


Yummy Food 

Makanan pertama enak dengan tangan  
Untuk beberapa orang Indonesia yang suka pedas mungkin tidak akan menemukan kesulitan berarti dengan masakan Nigeria. Karen cirikhas dari masakan mereka adalah berminyak dan pedas. Ada 1 makanan unik yang mirip dengan pisang gepeng di sini bernama plantain, Dimana mereka mencampurnya dengan nasi yang mereka gunakan. Tapi kombinasi antara keduanya dengan sayuran daun yum, kol dan wortel yang pedas dengan plantain yang manis menurutku adalah sangat tepat dan mantap! 



Let's Go to Badagry

Kendaraan kita ke ASCON Badagry, Lagos
Perjalanan kita berlanjut dengan menggunakan mini bus ke Badagry. Perjalanan menempuh kurang lebih 2-3 Jam. 

Ada kejadian lucu ketika aku meminta berhenti di satu pom bensin untuk ke toilet:  

Di tengah perjalanan aku meminta camp leader kita untuk berhenti di salah satu pom bensin untuk ke toilet. Akhirnya kita sampai di satu pom bensin dan kita sangat yakin mereka punya toilet. Pom bensin tersebut tidak cukup besar. 

Dengan percaya diri petugas pom bensin pun menujuk ke satu titik saat kita menanyakan dimana letak toilet berada. Dan kita menuju titik itu dan mencari di mana toilet yang dimaksud, dan tidak menemukannya. 

Lalu kita kembali ke petugas pom bensin tersebut dengan muka bingung karena kita tidak menemukan toilet yang dimaksud. Sampai pada akhirnya petugas tersebut menyakinkan kembali titik tersebut adalah taman di pojok pom bensin. Artinya kita disuruh untuk kencing di alam bebas. Kita pun tertawa tidak tertahan karena kita semua sibuk mencari toilet yang sebenarnya tidak pernah ada di pom bensin itu. 

Pada akhirnya kita meutuskan untuk kencing di alam bebas dengan fasilitas seadanya yang kita punya seperti tisu toilet dan air yang ada di mobil kita. ;D

Sekian dulu ya untuk malam ini..., Tunggu untuk posting-an berikutnya! :) 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar