Sabtu, 29 November 2014

Peri Bulan, Seekor Kucing, dan Bintang Jatuh - Bagian I

Babak 1: Darimana hujan itu datang?

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Kesempatan untuk melihat bulan purnama kandas sudah. Selimut awan segera menjelang memupuskan harapan kedua anak kecil ini. Mereka sudah bersiap-siap tersenyum bersama melihat syahdunya langit malam itu. Sudah jarang sekali mereka bisa duduk berdua walau cuma melihat bulan bersama. Si Antari sudah menampakan wajah suntuknya dan penuh dengan goresan kekecewaan karena Bisma yang kini ada disampinya kemarin meninggalkannya ketika dia jatuh dari Sepeda.
Sumber:muslim-menjawab.com

Antari tiba-tiba menanyakan hal yang cukup menarik kepada Bisma "Pernahkah kamu berfikir dari mana hujan turun?"

Bisma adalah anak yang cukup cerdas. Pada saat umurnya yang belum menginjak 10 tahun, dia sudah bisa menjelasnya bagaimana air bisa menetes dan bagaimana tumbuhan bisa bernafas. Karena hampir setiap hari perhatiannya tidak bisa berpaling dari tumpukan buku di kamarnya. Hal ini lah yang agaknya membuat waktu mereka semakin sedikit untuk terus bersama.

"hujan itu adalah titik air yang jatuh karena perbedaan suhu di setiap lapisan atmosfer Bumi. Pada titik terntetu, air akan berubah wujud menjadi titik air ketika kristal air yang ada di angkasa sana menyentuh lapisan pada suhu tertentu sehingga munculah titik hujan" Begitulah Bisma mengulas ringkas teori dalam otaknya tentang hujan yang seakan-akan tidak akan pernah habis kalau dilanjutkan lagi.

Bahkan sehari penuh pun Bisma selalu penuhi tantangan ayahnya untuk menguji teori-teori yang ada dikepalanya itu. Dan hampir dari semua perdebatan itu diakhiri dengan mengalahnya sang ayah yang sudah tidak mampu lagi menalangi kecerdasan anaknya itu.

"Hahaha!"Seketika Antari terbahak-bahak atas jawaban yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. Dan Bisma pun mengernyitkan dahi sejenak karenanya tanda dia kebingungan dengan sikap Sahabatnya yang satu ini.

"Kenapa ketawa?" Ujar Bisma
"Kamu Salah!" Ujar Antari dengan menampilkan wajah penuh dengan percaya diri,
"Lalu apa yang benar?" Balas Bisma
"Hujan itu berasal dari tangisan Peri Bulan di atas sana...." Kini Antari merendahkan volume bicaranya dengan tatapan kosong ke Langit mencari rembulan yang tak kunjung menampakkan diri.
Lalu Bisma menyambarnya dengan nada ketawa yang tidak kalah seru dari Antari sebelumnya.
"Kenapa kamu terlihat sangat yakin?" Bisma agak tersengal-sengal mengatur nafas dan menahan ketawanya yang belum juga usai.
Dengan tenang namun tegas Antari menjawab ketidakyakinan sahabatnya "Aku Yakin!!!"
"Aku pernah bertemu dengannya!" Tambahnya untuk lebih meyakinkan Sahabatnya yang sangat Ilmiah itu.
Bisma semakin bingung dengan sikat sahabatnya yang kembali tertawa tidak jelas arah tujuannya.
"Bisa kamu ceritakan kenapa kamu yakin peri bulan itu ada?" Bisma agak menaikan nada bicaranya
"Aku bertemu dengannya hampir setiap hari!" balas Antari tidak mau kalah, namun seketika kembali ia menurunkan nada bicaranya dan berkata "tapi dia sepertinya terlalu sibuk dengan bintang-bintangnya jadi kita tidak punya wkatu yang cukup untuk berbincang."

Antari melanjutkan kembali ocehannya:
"Peri bulan itu baik. Dia menampakkan cahanya terangnya setiap malam, namun tidak pernah sedikitpun ia pernah menyakiti setiap pasang mata yang menyaksikan keindahannya setiap malam. Setiap siang, pagi, sore maupun malam hari ia terlalu sibuk untuk menjahitkan baju bagai bintang-bintang yang sedang tersebar, bermain dengan gerombolannya masing-masing.
Sewaktu-waktu kucing peliharannya menggeliat bosan karena tuannya selalu sibuk dengan jahitan baju bagi bintang-bintangnya yang milyaran di angkasa lepas sana. Kadang kegelisahan kucing ini membuat meja jahit Sang Peri Bulan bergoyang sehingga sering tangan Sang Peri Bulan terutusuk jarum jahit karena kehilangan konsentarasi. Jarum itu tajam dan cukup membuat peri ini menangis karena tak sengaja ia melukai jarinya. Tangisan itu lalu turun ke bumi dalam bentuk hujan."

Bisma hanya menyeringai sedikit meremehkan imajinasi liar Sahabatnya ini.

Antari kembali bercerita seakan tidak menghiraukan muka tidak percaya sahabatnya itu:
"Sudah tidak terhitung lagi luka yang disebabkan karena tusukan jarum jahit itu. Dan dia sudah berkali-kali memarahi kucingnya walaupun pada akhirnya Ia hanya menghela nafas panjang. Karena sebenarnya Ia sadar bahwa piaraannya itu hanya butuh makanan, Namun, Sang Peri Bulan masih merasa sangat sibuk dengan banyak milyaran baju yang harus Ia jahit."

"Sudahlah ri....," ujar Bisma mencoba membangunkan Sahabatnya dari imajinasi liarnya itu
"Dengarin dulu!" Keras Antari menanggapi dan meyakinkan Bisma untuk mendengarkan ceritanya sampai akhir.

Cerita itu lalu berlanjut, kali ini Antari banyak tersenyum dan Bisma semakin bingung dibuatnya:
"Sang Peri lalu bergegas menuju dapur untuk mengambil makanan, lalu bergegas dia kembali ke ruang jahitnya. Lalu, ia meletakan beberapa beberapa potong daging ke tempat makan kucingnya dan mengelusnya untuk membujuknya makan. Namun, kucing itu malah semakin manja kepada Sang Peri. Ia pun spontan berdiri karena ia menyadari bahwa waktu yang sejenak yang ia korbankan untuk memberi makan kucingnya terbuang percuma karena ternyata dia sama sekali tidak mau memakannya."

"Tanpa berfikir panjang, Sang Peri bergegas menuju mesin jahitnya untuk segera menyelesaikan baju-baju itu. Dan meninggalkan kucingnya yang terlihat polos melepaskan belaian majikannya dan mempersilahkan dia kembali bekerja walau sebenanya mungkin dia tak rela."

"Tidak jauh dari tempat tinggal Peri Bulan, Satu bintang yang ia panggil untuk mendapatkan baju baginya tersandung karena terlalu tergesa-gesa tidak sabar untuk mendapatkan baju yang sudah lama ia tunggu itu." sesekali ia mengambil nafas panjang untuk menyambung ceritanya hingga ahirnya Bisma menyelanya.

"Bentar..., bentar..., boleh aku tanya sesuatu?"
"Kenapa bintang itu harus pakai baju? dan kenapa ia harus tergesa-gesa karena pada akhirnya Ia dan semuanya akan mendapatkan giliran untuk bisa mengenakan baju itu?" sepertinya Bisma seakan akhirnya menyerah dan memilih untuk meladeni imajinasi liar sahabatnya itu

Antari menatapnya dengan muka sedikit marah karena sudah kesekian kali ceritanya terpotong gara-gara ego Bisma yang tidak terbendung ingin segera mengakhiri diskusi yang timpang ini. Sampai pada kahirnya ia menjawabnya dengan melanjutkan ceritanya.

"Bintang yang kamu lihat di Bumi adalah kepalamya saja. Karena badan mereka sebenarnya ada lima sudut, Namun, semuanya sudah terutupi baju yang hangat buatan Sang Peri Bulan. Dan kalau mereka tidak mengenakan baju, mereka akan kedinginan di atas sana, Karena dunia di luar sana sangat dingin. Dan bintang itu sudah agak lama menunggu hingga cukup membuat dia cemas. Padahal Sang Peri Bulan sedang membuat baju terbaik untuknya. Baju yang paling didambakan oleh semua bintang. Pilihannya jatuh pada bintang kesayangannya yang satu ini." Lanjut Antari.

"Namun, sayang kesediaannya untuk menunggu baju dengan woll terbaik dengan rajutan di dadanya serta pelindung leher yang sangat hangat itu seakan sia sia. Sudah lama sejak Sang Peri memanggil namun bintang itu tidak pernah menampakkan diri sampai jahitan baju selanjutnya ia selesaikan. Jelas ini membuat Sang Peri Bulan merasa sangat cemas." sambung Antari dengan raut agak sedih

"Terang saja, kerikil kecil yang tidak nampak kasat mata itu cukup membuat bintang itu jatuh ke arah Bumi. Dan kini dia sudah hampir masuk ke atmosfer bumi yang terkenal sangat ganas itu. Di lingkungan para bintang bumi menjadi tempat yang sangat mengerikan karena ketika mereka mencoba mengunjunginya, mereka harus terbakar dulu tanpa ampun hingga mereka menjadi wujud yang lebih kecil secara fisik." Antari meneruskan kembali

"Mengetahui itu Peri Bulan langsung segera berkemas untuk mencarinya. Anjingnya pun merasa semakin sedih karena majikannya pergi dan dia harus menjaga permukaan bulan yang luas itu sendiri lagi."

"Bukan kali ini saja Sang Peri Bulan meninggalkannya. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali dia melakukannya, dan anjing itu hanya bisa menerima saja dan melakukan apa yang majikannya mau dan menunggunya kembali untuk berkesibukan lagi."

"Seketika Sang Peri Bulan sudah ada di permukaan bumi dan mulai mencari dimana Bintang kesayangannya itu jatuh. Namun, yang dia temukan hanyalah ketiadaan. Bagaimana tidak, karena Bintang itu pasti sudah tidak sebesar dulu. Karena pasti dia sudah terbakar dan mengecil dan susah dilihat olehnya lagi."

"Sudah hampir tiga pekan Sang Peri Bulan menghabiskan waktunya di muka bumi, dan semua orang bumi sudah kebingungan karena sudah hampir tiga pekan ini mereka melihat terang sinar bulan di malam mereka. Sang Peri pun sadar akan itu, sampai pada saatnya dia melihat titik terang dari kejauhan, Sinar itu redup dan hanya bersinar sesekali saja. Pada detik itu juga Sang Peri Bulan mendekati sumber sinar yang mulai redup itu." Antari kali ini menjadi semakin sangat sedih karena ceritanya sendiri dan Bisma semakin bingung dengan tingkah sahabatnya itu...,

Bersambung,....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar