Sabtu, 20 Mei 2017

Aktifitas Berkebun di Rumah Kami

Selamat Hari Minggu Pembaca,

Tampak depan rumah kami sekarang :) 
Ini adalah tulisan saya yang pertama di blog saya. Di bulan ini, banyak yang telah terjadi pada diri saya sebagai seorang laki-laki dan seorang ayah :). Anak pertama saya telah lahir pada tanggal 28 Januari 2016 adalah momen transformasi saya menjadi seoarang ayah. Tapi kali ini saya belum ingin mengulas mengenai kehidupan pribadi saya tapi lebih pada apa sedang saya lakukan sekarang yang mungkin bisa menjadi alternatif yang bisa dilakukan oleh para pembaca menyambut Bulan Suci Ramadhan.

Kegiatan berkebun di rumah sendiri 
Berkebun adalah menjadi hal yang dipikir paling mustahil dilakukan oleh seorang atau keluarga yang tinggal di dearah perkotaan. Namun ini mitos ini ditampik oleh sebuah gerakan yang menamakan dirinya sebagai GAMeS (Gerakan Ayo Menanam Sayur) Kota Semarang. Sempat beberapa bulan saya masih mikir-mikir apakah saya bisa melakukan project ini di rumah kami yang bahkan tidak memiliki lahan terbuka untuk melaksanakan kegiatan berkebun.


Berkebun menurut pemahaman saya adalah bakat alami seoarang manusia. Jauh dari masa konsumerisme yang merajalela akhir-akhir ini, manusia pernah mempertahankan eksistensinya dengan hanya berburu dan meramu. Artinya pada saat itu manusia sangat dekat hubungannya dengan alam. Namun ironisme peradaban manusia semakin menjauhkan kita dari alam. Kita menciptakan jalan aspal, paving karena kita mereka tnah terlalu susah diatur untuk membuat tempat tinggal kita terlihat lebih bersih. Kita membuat pemukiman tinggi menjulang dan membuat kita tidak bisa lagi mendengerkan kicauan buruh di dahan pohon yang dulu menjadi musik penenang manusia yang paling ampuh.

Lokasi Penyemaian Bibit
Tlogosari adalah pemukiman padat yang dihuni lebih dari 100,000 kepala keluarga. Lebih dari 30 persen dari penduduknya adalah warga pendatang dari luar Kota Semarang, yang mengadukan nasibnya ke ibu kota Jawa Tengah ini, termasuk saya. Wilayah ini tergolong dalam pemukiman padat sejak pada awal 70-an ditetapkan menjadi wilyah pemukiman rakyat terjangkau. Kini, wilyah ini menjadi kawasan ramai dan sangat dekat dengan permasalahan lingkungan seperti banjir. Banyak rumor berkembang karena dulunya wilayah ini adalah sebuah rawa-rawa yang 'diurug' untuk kerperluan pemukiman.

Sehingga banyak dari rumah-rumah yang ada di wilayah ini adalah hasil dari penimbunan yang berkali-kali karena sifat daratannya yang lebih rendah dari permukaan laut. Sehingga, sebagian besar jalan-jalan di beberapa penjuru wilayah tlogosari adalah dalam pentuk paving dan semen. Kondisi ini membaut tempat ini menjadi semakin gersang karena tidak banyak dari keluarga yang membuat rumahnya menjadi lebih sehat.

Dengan iming-iminng produktifitas tanaman yang ditanam, GAMeS menrikan masyarakat dengan memberikan edukasi mengenai sayuran-sayuran yang bisa mereka tanam di rumah sehingga dapat mengurangi pengeluaran bulanan mereka. Sayuran adalah tanaman yang sangat dekat dengan masyarakat, namun harga di pasaran, terutama menghadapi hari-hari besar dengan lonjakan permintaan di pasar membuat harga dari komoditas ini menjadi naik turun. Dengan mengikuti project ini, dalam waktu yang sama, kita dapat meneyelamatkan keborosan finansial rumah tangga. Karena dengan memiliki keahlian bertani yang sangat mudah dipejari bisa menjadi solusi.

Di rumah saya, saya mulai menanam beberapa tanaman sayuran seperti tomat, cabai, terung, daun bawang, kangkung, sawi jepang, dan beberapa toga (tanaman obat keluarga) yang hasilnya bisa dinikmati di 1 bulan pertama kita melakukan project ini. Kami pun sudah mulai memanen hasil kebun kami utuk dimasak di dapur kita sendiri.

Metode Penanaman Hidroponik
Metode penanaman pertanian perkotaan sangatlah bervariasi. Mulai dari vertikultur, hingga hidroponik. Semua pilihan tersebut sangat mudah untuk dipelajari dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan si tuan rumah. Kita berkebun sembari menyelematkan lingkungan dan memberikan edukasi kepada anak-anak kita adalah satu paket kebahagian yang bisa kita mulai masukan ke keluarga kita masing-masing.

Dengan memberikan waktu sekejap untuk menyelematkan lingkungan sembari membantu ekonomi keluarga. Apalagi setelah status saya berubah menjadi seorang ayah, keinginan untuk memberikan pendidik rumah kepada anak tentang bagaimana bersahabat dengan alam.

Bersama dengan rekan saya Edi Gunawan & Istri saya Siti Lathifah Rodja, kami memulai membangun social Enterprise kami bernama BHUMI HORTA (more info: www.bhumihorta.org) untuk mempromosikan semngat ini lebih luas lagi di Kota Semarang dan di daerah lain. Mari kita membuat laboraturium alam kita sendiri di rumah.

Me, My Wife (Ifa) and our beloved son (Bahri Nawahab) ☺  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar